Rabu, 18 Februari 2009

FAMILY


for me, my family is very important. Impossible for me life now if my family is nothing. Jadi saya sangat ingin membut keluarga saya bahagia. Karena sudah begitu banyak penderitaan, kesedihan, kehilangan,dan sakit hati yang diderita oleh keluarga saya terutama ibu saya tercinta.Sebagai sebuah ilustrasi cerita ini saya buat.Maria telah kehilangan kedua orang tuanya saat ia masih berumur 6 tahun. Hal ini diawali oleh judi. Dengan kondisi ekonomi yang tidak ayahnya pergi berjudi sampai pagi. Sesampainya di rumah terjadilah perkelahian antara mereka berdua. Saat itu ibu dari Maria sedang mengandung seorang adik ,sementara kedua adiknya masih balita. Saat perkelahian itu terjadi ayahnya menendang ibunya karena begitu emosinya. Padahal ayahnya tidak kalah dalm perjudian itu,tetapi jika sampai pulang pagi begitu istri mana yang tidak marah-marah. Setelah peristiwa itu ibu Maria menangis seharian, dan ayahnya pergi sendirian ke tombak (hutan pohon kemenyan ditanam) karena telah menyadari kalau perbuatannya salah. Ditengah perjalanannya ia bertemu dengan ular yang menghalangi jalannya, dan langsung melempar ular itu. Sepulangnya dari tombak ayahnya menjadi stress seperti kehilangan akal (gila). Penderitaan ibu Maria belum lagi dimulai. Kemudian ibunya meninggal saat melahirkan adiknya yang ke-3, karena waktu itu belum ada rumah sakit untuk persalinan. Mereka hanya menggunakan orang tua yang lumayan sering menolong orang melahirkan. Kepergian ibunya tidak membuat ia merasa tidak punya ibu, karena Maria masih mempunyai seorang Oppung boru(sebutan bagi oang Batak) yang msemperlakukan ia seperti seorang putri sendiri.
Penderitaan Maria yang sesungguhnya baru dimulai setelah satu-satunya adik perempuannya mengalami suatu bencana. Pada pagi harinya-seperti kebiasaan orang-orang di Lintong- Selly adik perempuan Maria satu-satunya menghangatkan tubuhnya di dekat Tataring(bara api bekas pemasakan bagi orang Batak). Karena saat itu ia memakai pakaian yang cukup besar, maka ia tidak sadar kalau api telah menyambar bajunya. Maka iapun menjerit histeris. Mendengar itu Oppungnya pun terburu-buru lari menghampirinya dan berusaha untuk memadamkan api yang telah menggerogoti tubuh dari Sally. Akan tetapi, Oppungnya agak sedikit terlambat, karena api sudah sempat merusak jaringan kulitnya. Untuk itu, Oppungnya bersama beberapa orang kampung membawa Sally kerumah sakit yang jaraknya 50 Km dari Lintong dengan berjalan kaki dan melewati hutan. Perjalanan itu membutuhkan waktu satu hari satu malam. Dan Sally pun harus di rawat dirumah sakit sampai ia benar-benar dibolehkan pulang.
Dengan perginya Oppung mereka, berarti Maria hanya bertiga dengan ksedua adiknya-bapak mereka telah hilang akal atau gila-. Sebelum pergi Oppung mereka berpesan,"Unang hamuna modom di jabu da oppung, sotung diseat among muna hamu!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar